Aku dan Dia

>> Jumat, 25 September 2009

Pertama kali aku kenal dengannya yaitu melalui sebuah situs sosial di internet. Ketika itu aku sedang mencari ID Friendster teman-teman yang ikut dalam organisasi Pramuka di sekolah. Pada saat itulah aku menemukan ID Friendster punya dia dan menambahkannya ke dalam daftar temanku.

Beberapa hari kemudian aku online lagi di Friendster. Ternyata, permintaan untuk menjadi teman yang ku kirim diterima semua. Di bagian komentar, banyak sekali komentar yang masuk. Aku hanya menjawab sebagiannya saja, termasuk komentar darinya.

Sejak saat itu aku sering kirim komentar dengannya. Dari sekian banyak temanku di Friendster, dia termasuk salah satu orang yang sering kirim komentar. Dari situ aku tahu banyak tentangnya. Dia adalah kakak kelasku di sekolah. Dan ternyata dia juga ikut dalam organisasi pramuka di sekolah. Sebenarnya aku dan dia sudah saling bertemu ketika ada perkumpulan pengurus Pramuka. Hanya saja aku tidak menyadarinya. Maklumlah, pada saat itu aku dan dia belum saling kenal. Ternyata pepatah yang mengatakan “Tak Kenal Maka Tak Sayang” ada benarnya juga.

Beberapa bulan sejak pertama kali duduk di bangku SMA, aku memang ikut menjadi salah satu anggota Pramuka di sekolah. Tapi keanggotaan itu hanya bertahan beberapa minggu saja. Selama jadi anggota, aku hanya 3 kali hadir dalam perkumpulan pengurus Pramuka. Aku keluar dari Pramuka hanya karena satu alasan, yaitu “waktu berkumpul”. Waktunya bentrok dengan kegiatanku yang lain di luar sekolah. Mau tidak mau aku harus memilih salah satunya. Sebenarnya aku lebih suka ikut dalam Pramuka. Di Pramuka aku bisa meneruskan hobi berpetualangku yg sudah lama terpendam. Tapi karena kegiatan lain yang ku maksud itu lebih penting untuk bekal masa depan, akhirnya aku memilih untuk keluar dari keanggotaan Pramuka.

Okay…. Membahas masalah keluarnya aku dari keanggotaan Pramuka sudah cukup. Sekarang kembali ke masalah aku dan dia. Mengobrol lewat Friendster terasa kurang efektif dan banyak menyita waktu. Kenapa? Karena kalau mengirim komentar lewat Friendster, dijawabnya tidak pada saat itu juga. Hal ini disebabkan jarang sekali aku dan dia online pada waktu yang bersamaan. Sehingga aku harus menunggu dia online dan mengirim komentar balasan. Hal itu butuh waktu yang cukup lama. Akhirnya aku meminta nomor HP-nya. Dan dia pun mengabulkan permintaanku tersebut.

Sejak tahu nomor HP-nya, aku dan dia tidak lagi saling kirim komentar lewat Friendster tetapi saling berkirim SMS lewat HP. Sejak saat itu juga aku bisa mengobrol dengannya kapanpun dan dimanapun. Itupun kalau lagi ada pulsa. :-)

Seiring dengan seringnya SMS-an, aku pun jadi makin tahu banyak tentang dia. Dia sering mengirim SMS yang berisi dukungan, inspirasi, motivasi, dan lain-lain. Dia adalah seorang wanita yang baik, beriman, cantik, perhatian, pengertian, dan yang paling ku sukai darinya adalah pola berpikirnya yang dewasa. Jarang sekali aku menemui wanita seperti itu. Walaupun aku tidak pernah mengobrol empat mata dengannya secara langsung, tapi aku yakin seyakin-yakinnya bahwa dia mempunyai kepribadian yang sangat baik. Dia juga punya dedikasi yang besar terhadap apa yang telah menjadi peranannya. Sungguh seorang wanita yang sangat hebat menurutku.

Tapi, setelah aku naik ke kelas XI dan dia naik ke kelas XII, aku dan dia tidak sering SMS-an lagi ataupun kirim komentar. HP-ku sepi dari SMS yang dia kirim. Mungkin dia sedang sibuk dan ingin berkonsentrasi dengan pelajaran di sekolah, itu menurut firasatku. Sekarang kan dia sudah kelas XII, itu artinya sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional dan tes untuk masuk ke perguruan tinggi. Aku bisa memaklumi semuanya jika itu memang yang terbaik untuk dirinya dan masa depannya.

Tapi tetap saja aku merasa ada sesuatu yang hilang di kehidupanku. Entahlah…. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa merasa kehilangan. Padahal dia buka salah satu dari keluargaku, bukan kerabat dekatku, dan juga bukan pacarku. Tapi dia sangat berarti bagiku. Dia adalah teladan yang harus aku contoh, tentunya setelah Nabi Muhammad SAW.

Meskipun aku dan dia sudah jarang saling berkomunikasi lagi, aku harap dia tidak melupakanku. Dan aku pun berharap semoga aku tak pernah lupa dengannya. Seperti yang pernah dia katakan bahwasannya “Teman yang baik sukar dicari, lebih sukar ditinggalkan, dan mustahil untuk dilupakan”. Setidaknya ingatan itu akan tetap ada sampai beranjak ke usia tua.

Dengan sudah tidak saling berkomunikasi lagi antara aku dan dia, apakah cerita antara aku dan dia akan berakhir hanya sampai disini? Biarkan waktu yang akan menjawabnya. Sebenarnya, penulis (aku) berharap cerita antara aku dia ini tidak hanya berakhir sampai disini. Cerita ini akan terus berlanjut hingga akhirnya menjadi sebuah novel ataupun menjadi sebuah buku yang tebalnya mencapai ratusan lembar (mungkin). Tapi apa daya, penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak bisa menentukan takdirnya sendiri. Lalu akan adakah lanjutan dari cerita ini? Bagaimana kisah aku dan dia selanjutnya?

Wallahu’alam Bishawab…

3 komentar:

Anng Sabtu, 14 November, 2009  

wakakaakakakakakak.......
lucu2...
hahahaha.....
hahaha...
ifa yang dulu kaya anak kecil ternyata sekarang dianggap dewasa...^^

ifa Minggu, 25 Juli, 2010  

@anggoro
apaaahhhh ssiiiiyyyhhh...
ckck
hha...

@deni
:|

speechless..

Riqih Minggu, 16 Oktober, 2011  

Wah lumayan juga yah, boleh nih dilanjutkan. kalau bisa ada fotonya dong, mw tw kayak gimana orangnya


atau apakah ini namanya jatuh cinta yah.
prikitiew.

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar, kritik ataupun saran anda pada kolom dibawah ini.

Perhatian!!!
Dilarang menyisipkan kata-kata yang mengandung unsur pornografi.

Terimakasih... (^_^)

Mengenai Saya

Foto saya
Serang, Banten, Indonesia
Hidup itu tidak sulit, tapi jangan dipersulit dengan hal-hal yang sebenarnya tidak begitu menyulitkan...

  © BangDeni

Back to TOP