Aksi Menolak Kedatangan Obama

>> Sabtu, 06 Maret 2010

Hari ini (Jum’at, 5 Maret 2010) sepulang sekolah saya shalat Jum’at di Masjid Agung Kota Serang. Selesai shalat, seperti biasanya tidak langsung pulang ke rumah. Ada pertemuan (tarbiah) yang harus saya ikuti setiap selesai shalat Jum’at di Masjid Agung bersama dengan seorang teman. Sebenarnya ada 3 orang yang mengikuti tarbiah, tapi yang satu tidak hadir pada pertemuan kali ini, mungkin sedang ada acara. Pertemuan ini biasanya membicarakan hal-hal yang berkaitan tentang ajaran Islam. Dipandu oleh seorang pendamping atau pemberi materi. Di tarbiah ini saya tergolong orang baru karena baru mengikuti pertemuan ini beberapa minggu.

Tapi Jum’at ini saya dan teman-teman yang lain tidak bisa mengadakan tarbiah seperti biasanya. Kenapa? Karena pendamping atau pemberi materinya akan melakukan aksi (semacam demonstrasi) menolak kedatangan obama. Sebagai gantinya kami berdua diajak ikut serta dalam aksi tersebut. Teman saya tidak bisa ikut karena ada acara kerja kelompok mengerjakan tuga sekolah. Awalnya saya sendiri merasa ragu ikut atau tidak. Selain karena teman saya tidak bisa ikut sehingga saya sendirian, saya juga belum pernah ikut dalam aksi semacam ini. Tapi saya meyakinkan diri untuk ikut serta. Setidaknya saya akan mendapatkan pengalaman baru.

Aksi ini dimulai dengan berjalan kaki dari halaman Masjid Agung menyusuri jalan veteran. Sambil membawa spanduk, bendera dan tulisan yang bertuliskan menolak kedatangan Obama, kami berjalan disertai yel-yel/nyanyian yang menyuarakan suara-suara Islam. Lalu ketika sampai didepan gerbang kantor gubernur Banten, kami menuju ke utara tepatnya menuju kantor DPRD Kota Serang.

Sesampainya disana, saya terkejut dengan pasukan pengaman/polisi yang jumlahnya mungkin lebih dari satu peleton menjaga pintu gerbang kantor DPRD Kota Serang. Saya tidak habis piker, kami yang berjumalh mungkin hanya belasan akhwat dan tidak lebih dari 10 orang ikhwan harus dihadapi dengan satu peleton pasukan. Mungkin mereka mengira kami akan melakukan tindakan anarkis seperti yang dilakukan para aktifis di DPR pusat. Padahal kami tidak berniat untuk melakukan tindakan seperti itu. Aksi ini hanya untuk menyuarakan dan beraudiensi dengan para wakil rakyat mengenai kedatangan Obama.

Pasukan pengaman berbaris menjaga pintu gerbang dengan ketat membentuk pagar betis dibelakang pintu gerbang. Ada yang mengatakan anggota DPRD sedang mengadakan rapat sehingga tidak bisa ditemui. Mungkin ada kiranya dua jam salah satu dari kami secara bergantian berkoar-koar memakai pengeras suara minta ijin masuk ke dalam kantor dan menyampaikan aspirasi kami sebagai aktifis. Beruntung sekali cuaca sedang mendung tapi tidak menunjukkan akan turun hujan sehingga kami tidak kepanasan. Mungkin ini adalah bantuan dari Allah SWT melindungi kami dari panasnya sengatan matahari.

Sebenarnya saya sedikit merasa malu karena diantara kami semua hanya saya yang memakai seragam sekolah SMA. Sedangkan yang lainnya memakai baju bebas dan ada juga yang memakai seragam kampus. Untunglah saya membawa jaket kelas sehingga bagian atas bisa saya tutupi. Saya memegang sebuah bendera dengan tiang bambu sepanjang kurang lebih 2 meter bertuliskan arab. Saya juga memegang tulisan hasil print di kertas HVS yang ditempelkan di potongan kardus. Tulisan itu saya gunakan untuk menutupi wajah saya supaya tidak terlihat. Saya merasa malu jika ada teman melihat saya. Dan ternyata ada saja teman saya yang melewati jalan di depan kantor DPRD Kota Serang. Entahlah, saya tidak tahu ada yang melihat saya atau tidak.

Pukul 15.00 adalah batas akhir kami melakukan aksi. Ketika ketua pelaksana menutup acara aksi, tiba-tiba kami diperbolehkan masuk tapi hanya perwakilannya saja. Entah mengapa tiba-tiba mereka mempersilahkan kami masuk. Kami juga diberi satu dus air mineral dari penjaga kantor untuk dibagikan. Dalam pikiran saya ada beberapa kemungkinan. Pertama, mungkin mereka telah selesai rapat. Kedua, mungkin mereka merasa tersindir dan malu karena salah satu dari kami ada yang menyuarakan sperti ini, “Saudara-saudaraku semua, lihatlah! Di depan kita ada Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan kita disini ingin menyuarakan aspirasi kita sebagai rakyat, tapi tidak diterima hanya karena sedang rapat. Apakah mereka pantas dianggap sebagai wakil rakyat?”. Walaupun dalam pikiran saya banyak kemungkinan, tapi saya hanya berharap semoga mereka memang ingin mendengarkan kami semua dan menindak lanjuti apa yang kami sampaikan. Akhirnya 5 orang masuk ke dalam kantor untuk berdialog. Ketika kelima perwakilan kami sudah masuk, yang lainnya termasuk saya memutuskan untuk bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Alhamdulillah, akhirnya perjuangan kami tidak sia-sia.

Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi saya sendiri. Ternyata walaupun hanya dengan kekuatan tidak begitu banyak orang kami bisa mencapai target yang ingin dicapai walaupun dijaga ketat oleh penjagaan satu peleton pasukan pengaman. Ini menunjukkan bahwa walaupun kecil, bukan berarti kalah. Asalkan ada tekad yang kuat dan semangat dalam menjalankannya pasti bisa terwujudkan. Dan Allah SWT akan selalu berada dipihak orang-orang yang mau berusaha untuk menegakkan syariat Islam.

Baca selengkapnya...

Mengenai Saya

Foto saya
Serang, Banten, Indonesia
Hidup itu tidak sulit, tapi jangan dipersulit dengan hal-hal yang sebenarnya tidak begitu menyulitkan...

  © BangDeni

Back to TOP