Annisa Amalia

>> Jumat, 22 Januari 2010

Julukan disekolahnya Playboy cap kambing. Hampir setiap minggu ada saja cewek yang ditembaknya. Entah cewek itu mau dijadikan sahabat atau teman jalan bareng. Yang jelas Ferry, nama cowok yang satu ini, merasa bangga dengan julukan itu.
Suatu hari, ada murid baru disekolahnya. Udah pasti dong, dia cewek cantik. Ferry mulai pasang jerat untuk menarik perhatian si murid baru.
“Namanya siapa tuh cewek?” Tanya Ferry penasaran pada Jefry.
“Mana aku tahu? Aku aja belum kenalan, “ sahut Jefry sambil terus asyik ber-SMS dengan Ria, cewek gebetan-nya.
Cewek yang baru ini memang sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Ferry tambah penasaran. Dia janji ingin berkenalan sepulang sekolah nanti. Biar tambah pede, Ferry mengajak Johan menemui si murid baru. Sayang, saat mereka masuk ke kelas si cewek, dia sudah pulang.
“Pokoknya, besok kita jangan sampai telat. Aku penasaran, pengen tahu seperti apa sih, tampang tuh cewek!” kata Ferry.
Esoknya, ketika lagi ngobrol bareng teman-teman di kantin Mbok Minah, Ferry melihat seorang cewek berkerudung sedang asyik ngobrol dengan teman-temannya. Cewek itu sangat cantik. Wajahnya bening bersinar. Dia tampak lembut sekali. Ferry terpesona.
“Heh, jangan bengong,” tegur Johan.
“Uh, ngagetin aja. Ada apa?” Ferry balik tanya.
“Lagi ngeliatin si kerudung itu, ya? Kamu pasti kesengsem ngeliatin Anissa Amalia. Dia cantik dan anggun. Penampilannya beda banget dengan cewek-cewek yang ada di sekolah kita. Gimana? Mau dijadiian sasaran baru?” canda Johan.
“Ooo…, jadi dia si murid baru itu. Setahuku, cewek berkerudung sulit di dekati,” Ferry tampak kurang bersemangat.
“Eh, siapa tahu dia suka kamu. Coba aja!” Johan terus membujuk.
Ferry berdiri. Dia berjalan ke arah Amalia.
“Hai, kamu murid baru, ya? Kenalin, nama saya Ferry. Kamu?”
“Anissa Amalia. Maaf saya ke kelas dulu. Siska, ayo!” Amalia berdiri tanpa memperhatikan Ferry.
Merasa dicueki, cowok berkulit kuning langsat yang ganteng ini bengong. Semua kegantengan yang dimilikinya sirna dalam sekejap. Sampai tiba di rumah, sikap Amalia yang cuek masih terus terbayang. Aneh, kenapa aku mikirin dia terus? Tanya dalam hati.
“Jadi kamu mau ‘nembak’ dia?” Tanya Johan nggak percaya. “Eh, dengerin Fer. Dia berkerudung. Kamu nggak boleh samain dia dengan cewek-cewekmu yang dulu,” nasihatnya.
“Dia beda dengan yang lain. Aku penasaran pengen ngajak dia ngobrol!” Ferry tetap bersikeras.
Saat dia melihat Amalia sedang asyik ngobrol dengan Siska, cowok ini segera mendekatinya.
“Hai, apa kabar?” sapa ramahnya.
“Alhamdulillah, baik. Kamu?” balas Amalia.
“Baik. Eh, boleh nggak aku jadi temanmu?” tanya Ferry langsung.
“Boleh”
Sebelum Amalia melanjutkan ucapannya, Siska berbisik padanya. Amalia mengangguk-angguk.
“Hmmm…, kata orang, kamu playboy di sekolah ini, ya?”
“Eh, siapa bilang. Nggak kok. Itu semua bohong!” sanggah Ferry.
“Kalau mau jadi temanku, kamu harus nunjukin perilakumu dengan rajin beribadah!” ujar Amalia.
Setelah itu dia dan Siska meninggalkannya.
“Rajin beribadah?” Ferry termangu.
Salama ini, nggak pernah seorang pun yang pernah berkata begitu.
Ferry memasukan ucapan Amalia dihatinya. Sejak itu, dia mulai rajin sholat. Tiap ketemu Amalia, selalu soal agama yang menjadi topik pembicaraan. Saat Ramadhan, Amalia sering mengajak Ferry sholat tarawih di masjid Agung depan rumahnya.
Lambat laun, Ferry jadi tahu Amalia sebenarnya. Dia cewek dari keluarga sederhana. Beda banget dengan Ferry, anak seorang direktur, yang kalau kesekolah selalu bawa mobil sendiri.
Melihat perubahan di diri Ferry, Johan, Jefry dan Ricky terkekeh.
“Waduh, anak seorang direktur perusahaan jadi begini. Udah tobat?” ledek Johan.
“Ternyata si kerudung bisa ngubah si Playboy dalam sekejap. Ini benar-benar fantastis,” tambah Ricky.
“Apa ini yang namanya strategi baru untuk ngedeketin ‘si kerudung’?” Jefry nggak mau kalah.
“Aaaah…, udah ah, kalian mau bilang apa kek? Bodo amat. Yang jelas, aku nanti sore mau tarawih dimasjid dekat rumah Amalia. Kalau kalian mau ikut, entar sore ngumpul dirumahku!” Ferry langsung tancap gas.
Perubahan itu juga membuat orang tua Ferry bingung campur senang. Selain rajin sholat, Ferry juga menjalani puasa dengan serius. Namun, saat Ferry benar-benar berubah, Amalia pergi tanpa pesan.
Ceritanya, sewaktu cowok itu mau menjemput Amalia sholat tarawih, dia disambut seorang wanita setengah baya. Wanita ini memberikan surat. Dalam suratnya, Amalia bilang berterimakasih sekali kepada Ferry yang selama ini mau menemaninya kemasjid depan rumahnya. Dia juga minta maaf karena pindah mendadak.
“Kenapa dia pindah, Bu?” Tanya Ferry lemas.
“Entahlah. Dia tidak bilang apa-apa. Dia Cuma pesan supaya kamu jangan meninggalkan sholat. Itu saja!” kata wanita itu.
Ferry pulang kerumah dengan pikiran kacau. Esoknya, terdengar kabar, cowok ini kecelakaan. Dia ditabrak motor saat menyebrangi trotoar dekat rumah Amalia.
Kecelakaan itu membuat heboh. Semua sahabat Ferry menjenguknya di rumah sakit.
“Kamu pasti lagi mikirin ‘si kerudung’, ya? Aduh, Fer. Biasanya kamu nggak seperti ini. Si kerudung pasti kembali. Mungkin, dia Cuma ikut ortunya jalan-jalan ke luar kota,” hibur Johan.
Ferry tersenyum kecut.
“Amalia banyak mengubah jalan hidupku. Kamu tahukan, gimana aku dulu? Dulu aku gak pernah sholat. Aku ngerasa selalu pede. Sebagai anak direktur yang punya segalanya, aku ngerasa apapun bisa aku beli dengan uang. Cewek yang aku ‘tembak’ selalu aku bisa taklukan. Aku ngerasa dunia ini milikku. Tapi, setelah ketemu Anissa Amalia, semua berubah. Dia baik, sederhana, dan taat beribadah. Sayang, saat aku mulai rajin sholat, dia pergi…” suara Ferry terdengar sesak.
“Assalamu’alaikum!” sebuah suara halus terdengar dari balik pintu.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Ferry dan Johan spontan.
Keduanya kaget setelah melihat yang datang. Amalia berdiri didepan pintu bersama seorang pria setengah baya.
“Kenalkan, ini ayahku. Aku terkejut saat mendengar kecelakaan yang menimpamu. Bagaimana? sudah enakkan ?” Tanya Amalia lembut.
Saat itulah, tanpa di duga, ayah Ferry masuk. Dia terkejut melihat ayah Amalia. “ lho, Rud? Kamu Rudi ’kan?” tegur ayah Ferry.
“Hei, ternyata Ferry anakmu, Herdi! Waduh, selama ini aku pindah-pindah tugas. Kenalkan ini puteriku, Anissa Amalia,” kata ayah Amalia.
Dua sahabat lama itu saling berangkulan. Kamar tempat Ferry di Opname jadi ramai dengan gelak tawa.
“Tahu tidak, berkat putrimu, anakku berubah. Dia jadi taat beribadah, rajin belajar, dan bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin.” Puji Ayah Ferry.
Amalia tersipu.
“Ah, saya Cuma menjalankan perintah agama. Semuanya tergantung Ferry, Om. Kalau dia mau berubah, itu bagus. Dia ’kan sudah besar jadi bisa nentuin mana yang terbaik baginya,” Ujar Amalia bijak.
Johan, Ferry dan Rizky diam mematung. Ucapan Amalia yang benarnya. Diam-diam mereka mengakui, cewek yang satu ini emang beda.
Seminggu kemudian, saat mereka berubah menjadi alim dan rajin sholat, anak-anak nggak pernah tahu, semua ini berkat Anissa Amalia!

2 komentar:

Anonim Minggu, 14 Februari, 2010  

Buaaagus bos

Anonim Rabu, 12 Oktober, 2011  

itu akuuuuu...........Annisa Amalia...hehe...

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar, kritik ataupun saran anda pada kolom dibawah ini.

Perhatian!!!
Dilarang menyisipkan kata-kata yang mengandung unsur pornografi.

Terimakasih... (^_^)

Mengenai Saya

Foto saya
Serang, Banten, Indonesia
Hidup itu tidak sulit, tapi jangan dipersulit dengan hal-hal yang sebenarnya tidak begitu menyulitkan...

  © BangDeni

Back to TOP